Simbol-simbol Paskah
dan Maknanya
oleh: Romo Francis S.
Weiser
Di antara simbol-simbol Paskah yang populer, anak domba adalah yang paling
penting dalam perayaan agung ini. Anak Domba Paskah, yang melambangkan Kristus,
dengan bendera kemenangan, dapat dilihat dalam lukisan-lukisan yang dipasang di
rumah-rumah keluarga Eropa. Doa paling kuno untuk pemberkatan anak domba
ditemukan dalam buku ritual abad ketujuh biara Benediktin di Bobbio, Italia.
Dua ratus tahun kemudian Roma mempergunakannya dan sesudah itu, selama
berabad-abad kemudian, menu utama santap malam Paus pada Hari Raya Paskah
adalah anak domba panggang.
Setelah abad kesepuluh, sebagai ganti anak domba utuh, disajikan potongan-potongan daging yang lebih kecil.
Setelah abad kesepuluh, sebagai ganti anak domba utuh, disajikan potongan-potongan daging yang lebih kecil.
Tradiri kuno anak domba Paskah juga mengilhami umat Kristiani untuk
menyajikan daging anak domba sebagai hidangan populer pada masa Paskah. Hingga
sekarang, daging anak domba disajikan sebagai menu utama Minggu Paskah di
berbagai daerah di Eropa timur. Tetapi, seringkali bentuk-bentuk anak domba
kecil terbuat dari mentega, roti atau pun gula-gula menggantikan sajian daging
anak domba, dan menjadi hidangan utama jamuan Paskah.
Di abad-abad yang silam, dianggap merupakan suatu tanda keberuntungan jika
orang menjumpai anak domba, teristimewa pada masa Paskah. Merupakan takhayul
populer bahwa iblis, yang dapat mengambil wujud segala macam binatang, tidak
pernah diperkenankan menampakkan diri dalam wujud anak domba karena simbol
religiusnya.
TELUR PASKAH
Telur Paskah berasal dari tradisi kesuburan kaum Indo-Eropa. Bagi para
leluhur kita yang belum mengenal ajaran Kristiani, sungguh merupakan peristiwa
yang menakjubkan menyaksikan suatu makhluk hidup yang baru muncul dari suatu
obyek yang tampaknya mati. Bagi mereka, telur merupakan simbol musim semi. Di
masa silam, di Persia, orang biasa saling menghadiahkan telur pada saat equinox
musim semi, yang bagi mereka juga menandakan dimulainya tahun yang baru.
Pada masa Kristen, telur mendapatkan makna religius, yaitu sebagai simbol
makam batu darimana Kristus keluar menyongsong hidup baru melalui
Kebangkitan-Nya. Selain itu ada alasan yang sangat praktis menjadikan telur
sebagai tanda istimewa sukacita Paskah, yaitu karena, dulu, telur merupakan
salah satu makanan pantang selama Masa Prapaskah. Kaum beriman sejak awal telah
mewarnai telur-telur Paskah dengan warna-warna cerah, meminta berkat atasnya,
menyantapnya, serta memberikannya kepada teman dan sahabat sebagai hadiah
Paskah.
Tradisi telur Paskah berkembang di antara bangsa-bangsa Eropa utara dan di
Asia segera sesudah mereka masuk Kristen. Tetapi, di antara bangsa-bangsa Eropa
selatan, dan dengan demikian juga di Amerika Selatan, tradisi telur Paskah
tidak pernah menjadi populer.
Ritual Romawi mempunyai tata cara khusus untuk pemberkatan telur-telur
Paskah:
“Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, untuk menganugerahkan berkat-Mu atas
telur-telur ini, menjadikannya makanan yang sehat bagi umat beriman, yang
dengan penuh syukur menyantapnya demi menghormati Kebangkitan Tuhan kami Yesus
Kristus.”
Pada abad pertengahan, menurut tradisi telur-telur dibagikan pada Hari Raya
Paskah kepada semua pelayan. Terdapat catatan bahwa Raja Edward I dari Inggris
(1307) memerintahkan agar 450 butir telur direbus menjelang Paskah, diberi
warna atau dibungkus dengan daun keemasan, yang kemudian akan dibagi-bagikannya
kepada seluruh anggota keluarga kerajaan pada Hari Raya Paskah.
Telur Paskah biasanya dibagikan kepada anak-anak sebagai hadiah Paskah
bersama dengan hadiah-hadiah lain. Kebiasaan ini berakar kuat di Jerman di mana
telur-telur disebut “Dingeier” (telur-telur yang “dihutang”). Anak-anak tidak
berlambat dalam menuntut apa yang “dihutang” dari mereka, dan dengan demikian
berkembanglah berbagai macam pantun di Perancis, Jerman, Austria dan Inggris,
di mana anak-anak, bahkan hingga sekarang, menuntut telur-telur Paskah sebagai
hadiah mereka. Berikut adalah salah satunya yang berasal dari Austria:
Kami menyanyi, kami menyanyi lagu Paskah:
Tuhan membuatmu sehat, kuat dan pintar.
Penyakit dan badai dan segala yang jahat
kiranya jauh dari kerabat, dan ternak dan ladang.
Sekarang, berilah kami telur,
yang hijau, yang biru dan yang merah;
jika tidak, anak-anak ayammu akan mati semuanya.
Di beberapa daerah di Irlandia, anak-anak mengumpulkan telur-telur angsa
dan bebek sepanjang Pekan Suci, untuk diberikan sebagai hadiah pada Minggu
Paskah. Sebelumnya, pada Minggu Palma, mereka membuat sarang-sarang kecil dari
batu, dan sepanjang Pekan Suci mereka mengumpulkan sebanyak mungkin telur,
menyimpannya dalam sarang-sarang batu mereka yang tersembunyi. Pada Minggu
Paskah, mereka memakan semuanya, membaginya dengan anak-anak lain yang masih
terlalu kecil untuk mengumpulkan telur-telur mereka sendiri.
Orang-orang dewasa juga memberikan telur-telur sebagai hadiah di Irlandia.
Jumlah telur yang akan dihadiahkan ditentukan menurut peribahasa kuno di
kalangan rakyat Irlandia: “Satu telur untuk pria sejati; dua telur untuk pria
terhormat; tiga telur untuk yang miskin; empat telur untuk yang termiskin
[pengemis].”
Di kebanyakan negara, telur-telur diberi warna polos dengan pewarna dari
tumbuh-tumbuhan. Di kalangan orang Chaldean, Syria dan Yunani, kaum beriman
saling menghadiahkan telur-telur berwarna merah demi menghormati darah Kristus.
Di daerah-daerah di Jerman dan Austria, hanya telur-telur berwarna hijau saja
yang dipergunakan pada Hari Kamis Putih, tetapi telur-telur yang berwarna-warni
dipergunakan selama perayaan Paskah. Orang-orang Slavic membuat pola-pola
istimewa dengan emas dan perak. Di Jerman dan di beberapa negara Eropa tengah,
telur-telur yang dipergunakan untuk memasak hidangan Paskah tidak dipecahkan,
melainkan ditusuk dengan jarum di kedua ujungnya, lalu isinya dikeluarkan
dengan meniupnya ke dalam mangkok. Kulit-kulit telur kosong diberikan kepada
anak-anak untuk dipergunakan dalam berbagai macam permainan Paskah. Di beberapa
daerah di Jerman, kulit-kulit telur kosong tersebut digantungkan pada
semak-semak dan pohon sepanjang Pekan Paskah, mirip pohon Natal. Orang-orang
Armenia menghiasi kulit telur kosong mereka dengan gambar-gambar Kristus yang
Bangkit, Bunda Maria, dan gambar-gambar religius lainnya, untuk diberikan kepada
anak-anak sebagai hadiah Paskah.
Berbagai Permainan Menggunakan Telur
Masa Paskah merupakan masa bermain-main dengan telur di seluruh daratan
Eropa. Lomba telur tumbuk dengan berbagai macam variasinya banyak dilakukan di
Syria, Iraq, dan juga Iran. Di Norwegia, permainan itu disebut knekke (ketuk).
Di Jerman, Austria dan Perancis, telur yang direbus keras digelindingkan di
lapangan atau bukit dan saling diadu; telur yang tetap tak retak hingga akhir
dinyatakan sebagai “telur kemenangan”. Permainan ini amat digemari di Amerika
lewat pesta telur gelinding di lapangan Gedung Putih di Washington.
Tradisi umum lainnya di antara anak-anak adalah perlombaan mencari telur,
baik di dalam rumah maupun di kebun pada hari Minggu Paskah. Di Perancis,
anak-anak mendengarkan dongeng bahwa telur-telur Paskah dijatuhkan dari
lonceng-lonceng gereja dalam perjalanan mereka kembali dari Roma. Di Jerman dan
Austria, keranjang-keranjang kecil berisi telur, kue-kue serta permen
diletakkan di tempat-tempat tersembunyi, dan anak-anak percaya bahwa kelinci
Paskah, yang juga begitu populer di negeri ini, telah meletakkan telur-telur
itu beserta permennya.
Di Rusia dan Ukrainia dan juga Polandia, orang memulai santapan Paskah
mereka dengan penuh sukacita setelah masa puasa Prapaskah yang panjang dengan
sebutir telur yang telah diberkati pada hari Minggu Paskah. Sebelum duduk
makan, sang bapak akan dengan hati-hati membagikan sepotong bagian kecil dari
telur Paskah kepada setiap anggota keluarga dan para tamu, sembari mengucapkan
selamat berbahagia di hari yang kudus ini. Sebelum mereka memakan telur bagian
mereka dalam keheningan, mereka tidak akan duduk untuk menyantap jamuan Paskah
mereka.
KELINCI PASKAH
Kelinci Paskah berasal dari tradisi kesuburan masyarakat sebelum masa
Kristiani. Kelinci merupakan binatang yang paling subur menurut para leluhur,
karenanya kelinci dipergunakan sebagai simbol kehidupan baru yang melimpah di
masa musim semi. Kelinci Paskah tidak pernah mempunyai makna religius dalam
perayaan Paskah, meskipun dagingnya yang putih, kadang-kadang, dikatakan
melambangkan kemurnian dan tanpa cela. Gereja tidak pernah memberikan
pemberkatan istimewa bagi kelinci. Namun demikian, kelinci mendapat peran yang
menyenangkan dalam perayaan Paskah sebagai tokoh legenda penghasil telur-telur
Paskah bagi anak-anak di berbagai negara. Di berbagai daerah di Jerman,
dipercaya bahwa kelinci Paskah meletakkan telur-telur merah pada hari Kamis
Putih dan telur-telur berbagai macam warna pada malam sebelum Minggu Paskah.
Kelinci-kelinci Paskah dalam bentuk kue-kue dan gula-gula mulai populer di
Jerman selatan, dan sekarang kue dan gula-gula tersebut amat disukai anak-anak
di berbagai macam negara.
BABI
Jangan melupakan si babi yang memberikan dagingnya sebagai hidangan dalam
jamuan Paskah tradisional. Babi selalu melambangkan keberuntungan dan
kemakmuran di kalangan orang-orang Indo-Eropa. Sisa-sisa pemakaian simbol kuno
ini masih tetap hidup di jaman kita sekarang. Celengan anak-anak dalam bentuk
babi misalnya, merupakan perwujudan dari tradisi kuno ini.
Merupakan tradisi yang diwariskan turun-temurun dari masa sebelum masa
Kristiani, untuk makan daging babi dalam berbagai perayaan. Orang-orang Inggris
dan Skandinavia menyantapnya, orang-orang Jerman dan Slavia menyantap daging
babi panggang pada Hari Raya Natal. Juga, di berbagai wilayah di Eropa, daging
babi panggang masih tetap merupakan jamuan utama tradisional dalam pesta
pernikahan dan dalam perayaan-perayaan. Pada masa Paskah, ham asap, juga daging
anak domba, menjadi santapan sebagian besar bangsa Eropa sejak masa silam,
serta merupakan menu Paskah tradisional di berbagai wilayah.
sumber : “Easter Symbols and Food” taken from The Easter Book by
Fr. Francis S. Weiser; www.intermirifica.org
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan
mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya”
0 komentar:
Posting Komentar
Sumba Island